Tak banyak kita jumpai orang yang mempunyai hobi mengoleksi barang antik di Riau apalagi Kota Pekanbaru, mungkin bisa dihitung dengan jari. Bukan tanpa alasan, selain mendapatkan barang- barang koleksi lumayan susah harganya tidak juga murah. 

Nata Hedy Nyo SE, MH bersama koleksinya

Tapi tidak bagi Nata Hedy Nyo SE, MH, pria keturunan Tionghua ini mempunyai ribuan koleksi barang antik di kediamanya. Bangunan rumah berlantai tiga di Jalan Kuras III Tampan, Pekanbaru itu dipenuhi koleksi barang- barang antik miliknya, mulai dari keris, pedang, keramik dengan berbagai bentuk,  guci, rupang (patung budha) batu - batuan hingga tempayan air yang ditata rapi di lantai tiga kediamannya. 

Awal Mula Tertarik Dengan Barang Antik

Nata menceritakan awal mula ketertarikannya dengan benda- benda antik ini. Berawal sejak 10 tahun lalu dirinya diberi sebuah rupang oleh kakak iparnya, dari situ ia melihat ada keunikan dari benda tersebut. 

"Kalau rupang ini ada orang yang pindah rumah kita dapat, ada yang memang kita beli. Ada yang jual dan kita sudah niat beli ya kita beli dengan harga yang sesuai kemampuan kita," ujar suami dari Meri Kho ini. 

Namun Nata mengaku sangat  mencintai batu- batuan dan ia pun mengoleksi ribuan batu  dengan berbagai bentuk dan motif. Mulai patung, miniatur kapal, cincin, kepala ikat pinggang hingga gelang dari bebebatuan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari luar negeri.

"Masing- masing benda punya ciri khas sendiri, seperti saya suka dengan bebatuan bermotif seperti motif orang, hewan, pemandangan jadi disitulah kita melihat prodak tuhan itu sangat luar biasa. Bukan dilukis tetapi alam yang sudah membentuk motifnya," kata Nata.

Saking sukanya terhadap batu, politisi salah satu partai politik ini pernah menukar batu dengan HP. 

"Waktu lagi musim- musimnya batu, kekawan punya batu sampai- sampai batu tukar Hand Phone," ujar Nata menceritakan betapa cintanya dulu ia terhadap bebatuan.

Ini terjadi bukan tanpa alasan, sebab teman yang memiliki batu tidak menjual dan hanya bisa barter (tukar) barang dengan barang. Dan efek dari hobinya ini banyak teman mengatakan ia gila. Tapi hal itu tidak membuat Nata surut apalagi mengehentikan hobinya. 

Keris yang Memiliki Kekuatan Mistis

Keris juga menjadi salah satu koleksi andalan Nata. Ia menyebut keris salah satu prodak  manusia yang menurutnya juga punya keunikan sendiri. Keris punya lekukan yang indah bahkan bisa berdiri disamping sarungnya meski mempunyai gagang yang berat dan bentuk yang tak seimbang. 

"Itu salah satu keunikan juga ada dari keris," kata Nata mengoleksi keris yang ia dapat dari berbagai daerah dengan keunikan yang ia lihat dari ratusan koleksinya. 

Selain itu keris- keris tersebut juga ada yang memiliki kekuatan mistis, meskipun ia mengaku belum pernah mengalami hal- hal yang aneh dengan koleksi barang antik  tersebut.  

"Dari senior- senior serta pemilik aslinya ini ada (mistis, red) tapi saya tidak pernah melihat, hanya saja bisa merasakan," ujar pria ramah ini. 

Satu hal yang menarik, pada kunjungan saya kali ini, Nata memperlihatkan salah satu koleksi keris miliknya yang bisa bediri tanpa bantuan apa pun meski mempunya beban yang tak seimbang. 

Tidak Mencari dan Berburu Barang Antik

Menariknya, pria 45 tahun ini menyebut  meski mengumpulkan ribuan koleksi, ia tidak sengaja mencari dan berburu barang antik, namun sekali waktu ia tertarik dan  pergi kesatu tempat untuk membeli barang yang disukai. 

"Lebih banyak orang yang menawarkan barang ke saya, kalau cocok harga saya beli. Tapi ada juga kemarin saya ke Bukittinggi, dapat patung Dewi Sri," ujarnya, 

Koleksi- koleksinya tersebut tidak hanya didapat dari daerah di tanah air saja, tapi banyak juga yang peroleh dari luar negeri seperti, Malaysia, Singapura dan sudah pasti dari China. 

"Banyak patung- patung serta keramik dari China," kata pria yang juga Ketua harian Yayasan Ikatan Tionghua Selatpanjang (IKTS) ini kepada media ini. 

Dari ribuan koleksi yang dimiliki ada satu koleksi yang sangat ia sukai. Sebuah keramik dari China yang berbentuk kendi berukuran sedang, yang dibelinya dari penampung di Pekanbaru.

"Selain bentuknya unik, dibuat juga dengan cara unik, benda ini juga berusia sudah lebih dari 100 tahun,' terang Nata sembari memperlihatkan koleksi kesayangannya.

Namun pada prinsipnya ia suka semua barang yang ia miliki. Sebab tak sedikit uang yang harus ia keluarkan untuk memuaskan hobinya ini. Dari yang mahal hingga yang murah ia beli asal cocok dan disukai. Meski enggan merinci, namun ia memeberi gambaran jika tak kurang dari 10 juta perbulan ia keluarkan untuk hobinya ini. 

"Mahal itu relatif, ada yang murah ada yang mahal dari ratusan ribu hingga 5 jutan pun ada," sebutnya. 

Nata mengaku, meski memiliki ribuan koleksi tak membuatnya kerepotan dalam mengurus benda- benda antik ini, sebab meurutnya tak ada perawatan khusus yang ia lakukan. Apalagi hobinya ini didukung oleh istri tercinta. Selain itu, dengan mengoleksi ini Ia mengaku mendapat kepuasan batin. 

"Kalau kita stres lihat barang - barang yang kita koleksi mudah- mudahan stres kita hilang," ujarnya. 

Untuk itulah dirinya tak berniat sama sekali menjual barang- barang antik miliknya. 

"Sebenarnya niat menjual tidak ada hanya kalau memang ada harga yang cocok dan memuaskan dari salah satu barang kita boleh lah kita nego," ujarnya sembari tertawa.

Tempayan Unik dari China

Usai berbincang dan melihat koleksi barang yang ada di lantai I dan lantai II, saya pun melanjutkan melihat koleksi yang berada di lantai III berupa rooftop dengan dinding terbuka.  Di sini dijejer ratusan tempayan koleksinya.

Tempayan- tempayan ini ada yang terbuat dari keramik, batu dan lainnya. Ini juga ia dapatkan dari berbagai daerah dan negara.

Sembari  menikmati keindahan koleksi- koleksi tempayan miliknya, Nata menyebut jika sebagian besar dari tempayan ini ia dapat dari orang yang akan pindah rumah. 

"Ini koleksi orang Caltek yang akan pindah ke Bali, karena tidak mungkin membawa baran-barang yang gampang pecah sebanyak ini, ya koleksinya dijual," jelas Nata.

Selain itu ada juga tempayan yang berasal dari China. Konon tempayan tersebut digunakan untuk membuat anggur (arak) sebagai tempat untuk fermentasi. 

Berkeliling dan berbincang dengan ayah empat orang anak ini tak pernah membosankan, namun kami harus berpamitan. 

Diakhir obrolan Nata pun menyelipkan sedikit harapan kepada pemerintah agar bisa membatu untuk melestarikan dan mengembangkan bahkan bisa menambah koleksi- koleksi barang antik yang ia miliki. 

Syukur- syukur bisa buat musium barang antik, agar koleksi milik saya ini bisa dinikmati dan dilihat banyak orang."  tutup pria yang pernah menyumbangkan sejumlah koleksinya berupa rupang (patung Budha) dalam lelang amal yang diadakan mahasiswa di Pekanbaru.tutupnya.

***

Sumber : klikriau.com

 
Top