Padang, antanews. Meski pemerintah telah "melambungkan" harga pertalite dari Rp. 7.650 menjadi Rp. 10.000 per liter,  ternyata tidak (belum) membawa dampak yang signifikan, sebut Mahdiyal Hasan SH.

Misalnya pada salah satu SPBU di Kota Padang, masih terlihat antrian panjang sepeda motor untuk mengisi jenis bahan bakar minyak yang dinaikan Rp. 2.350 per liter tersebut.

Tingkat kebutuhan rakyat terhadap BBM termurah ini (Rp. 10.000/liter) masih sangat tinggi demi kelangsungan aktifitas keseharian, ungkap tokoh muda Sumbar ini.

Sementara itu berdasarkan pantauan di Kawasan UNP-Basco Grand Mall, masih terlihat kemacetan lalu lintas akibat padatnya kendaraan.

Tingkat kemacetan lalu lintas dan panjang antrian di SPBU pada hari ini,  diharapkan mudah-mudahan sebagai pertanda bahwa tidak berpengaruh besar bagi rakyat.


Namun menurut tokoh muda Sumatera Barat ini, secara pasti kita akan melihat dampak kenaikan BBM dua sampai tiga bulan mendatang.

Disebabkan hal yang lazim terjadi adalah, pasca kenaikan harga BBM dipastikan akan diikuti oleh kenaikan seluruh harga barang dan jasa pelayanan.

Misalnya, harga sembilan bahan pokok diprediksi akan menyusul kenaikan harga BBM dengan rentang antara 15-20 persen, sebutnya.

Selanjutnya tarif angkutan bahkan tarif listrik diperkirakan juga akan mengalami kenaikan demikian sebut Pemilik Kantor Hukum De Facto ini.

Menurut Mahdiyal ada sejumlah kategori UMKM yang akan terdampak kenaikan harga BBM, disebabkan "meroketnya" modal kerja  yang berbanding terbalik dengan daya beli masyarakat.

Menurut Mahdiyal, UMKM  diperkirakan akan mengalami rugi yang berkepanjangan serta diambang "kebangkrutan" dan hal inilah kekhawatiran pasca kenaikan harga BBM.

UMKN yang tidak terselamatkan pasca kenaikan harga BBM ini, menurut Mahdiyal akan berdampak meningkatnya angka pengangguran.

Terkait ancaman terhadap ekonomi rakyat ini, kita berharap adanya upaya-upaya nyata dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat agar UMKM dapat terus bertahan pasca kenaikan BBM. (***)



 
Top